INFO LOWONGAN KERJA TERBARU 'http://lokerterkinii.blogspot.com/'

Sinopsis Doctor Episode 2–1

Kini Guru Hong sudah mengangkat tongkatnya untuk memukul Hye Jung, ia mengatakan kalau ia akan menunjukan betapa hebatnya ia dalam hal yang ia benci. Namun saat Guru Hong mengayunkan tangannya untuk memukul Hye Jung, tiba-tiba tangannya berhenti, ia meletakan tongkat yang ia pegang di atas meja, dan menyuruh Hye Jung untuk berbalik.

“Kau lah yang menginginkan kekerasan. Aku tak akan melakukan hal yang kubenci bahkan pada orang yang tak kusuka. Kenapa? Apa kau syok mendengarku berkata bahwa aku tak menyukaimu?” tanya Guru Hong.

“Tidak, kok. Aku suka kejujuranmu daripada memukul karena sok peduli.” Jawab Hye Jung ketus.
“Apa yang akan kau lakukan jika aku sungguh memukulmu tadi?” tanya Guru Hong

“Ada bagusnya kau memukulku saja, karena aku merasa berhutang padamu sekarang. Dan karena ini keputusanmu, aku tak harus menulis surat itu, ‘kan?” ucap Hye Jung

“Wow! Pertukaran yang bagus. Kau ke pasar bersama nenek kan tadi?” tanya Guru Hong.

“Kenapa kau terus memanggil nenekku dengan, “Nenek” saja?” tanya Hye Jung kesal.

“Kenapa memangnya? Bukannya aku tak sopan, tapi ini memang dialeknya!” jawab Guru Hong.

“Kau membuat nenekku terdengar sangat tua rentah sekarang! Nenekku masih tak setua itu, meskipun hanya dialek, kau tak sopan!” ucap Hye Jung.

“Kau ini! Sebutan itu hanya kosa kata yang mudah dimengerti. Kau nya saja yang aneh menganggapku tak sopan.” Ucap Guru Hong.

“Tapi, jika kosa kata itu menyinggung orang lain, kata itu tak bisa digunakan?” tanya Hye Jung.

“Kau lah orang baru di sini yang tak berhak melarang.” Jawab Guru Hong.

“Dia adalah nenekku, aku punya hak!” ucap Hye Jung.

“Kau bahkan jarang menemuinya dan sekarang belagak jadi “Cucu perhatian”.” Ucap Guru Hong.

“Nah, inilah yang disebut Keluarga. Kau tak tahu, ya? Kau kan punya keluarga.” Ucapp Hye Jung. Mendengar itu membuat Guru Hong teringat saat keceakaan yang terjadi padanya dan orang tuanya.


[Flashback]
Saat itu ia sedang bersama orang tuanya di dalam sebuah mobil, mereka terlihat sangat bahagia, Guru Hong saat itu terlihat sedang menggunakan kalung dengan mainan berbentuk Astroboy. Mereka bernyanyi-nyanyi di dalam mobil, namun tiba-tiba saja ada sebuah mobil tronton putih yang menabrak mereka dari sebelah kanan. Guru Hong dan keluarganya terlihat sangat parah dengan darang yang mengucur dari tubuh mereka.


Namun tidak ada satu orang pun yang menolong mereka, Guru Hong melihat ke luar dengan telapak tangan yang di penuhi darah. Diluar telihat dua orang pria yang sedang bertengkar hanya karena jalan, mereka sama sekali tidak memperdulikan Guru Hong dan keluarganya. Dari saat ia kehilangan keluarganya dalam kejadian itu, membuat Guru Hong merasa kalau manusia itu sangat egois, karena mereka hanya mementingkan diri sendiri dari pada kematian orang lain.

[Flashback end]


Kembali ke Hye Jung dan Guru Hong, Hye Jung bertanya apa ia sudah boleh pergi. Mendengar apa yang Hye Jung katakan membuat Guru Hong tersadar dari lamunanya, ia pun memperbolehkan Hye Jung pergi. Sebelum Hye Jung pergi Guru Hong sempat mengatakan kalau keputusan Hye Jung adalah tanggung jawab Hye Jung, ia juga tidak akan memberi Hye Jung perlakuan khusus.


Di luar terlihat Yoo Byeol dan teman-temannya sedang menguping pembicaraan Hye Jung dan Guru Hong. Soon Hee tiba-tiba saja datang dan ingin masuk, namun Yoo Byeol dan tema-temannya menahan Soo Hee. Mereka pun menanyakan kenapa Soo Hee datang kemari.
Dan tak lama dari itu Hye Jung keluar dari ruangan dan pergi, melihat itu Soo Hee pun pergi mengikuti Hye Jung. Yoo Byeol ingin menghajar mereka namun teman-temannya menahan Yoo Byeol mereka tidak ingin kena pukul oleh Hye Jung lagi.



Soo Hee memaut tangan Hye Jung, dan memperkenalkan dirinya sebagai Yoo Na, ia mengatakan kalau saudaraya juga ada di berada di gangnam, Gangnam adalah tempat asal Hye Jung. Namun sayangnya Hye Jung lebih pintar, Ia mengatakan “Yoo Na apanya? name tag-mu bernama itu “Chun Soo Hee”.” Mendengar itu Soo Hee pun tersenyum.
Soo Hee mengatakan semua tentang ibunya pada Hye Jung, dan itu membuat Hye Jung merasa tidak nyaman. Hye Jung pun bertanya apa Soo Hee tidak memiliki harga diri. Soo Hee pu menjelaskan kalau ia “Aku tak memiliki gen yang hebat. Orang tuaku bertemu saat mereka sudah tahu, karena itu genku jelek. Tapi, aku masih punya harga diri.” Ucap Soo Hee sambil tersenyum.
Soo Hee mengtakan kalau ia menyukai Hye Jung, ia merasa sesuatu saat mereka pertama bertemu, dan itu adalah takdir. Hye Jung terkejut dan menanyakan apa Soo Hee lesbian, Soo Hee terkejut dengan ucapan Hye Jung ia pun mengatakan kalau ia tidak suka al-hal semacam itu. Hye Jung pun menjelaskan kalau saat seorangg wanita menyukai sesama wanita itu namanya lesbian. Mendengar itu Soo Hee pun terkejut.
“Aku menyukai cewek, ya? Jadi, aku lesbian? Jadi, jika begini aku lesbian, ya? Tapi, memangnya wanita tak menyukai wanita lain, ya?” tanya Soo Hee polos.
Mendengar itu Hye Jung pun tersenyum, ia mengatakan kalau Soo Hee itu lucu dan masuk ke kelas meninggalkan Soo Hee diluar. Soo Hee merasa senang dan mengatakan kalau ia tahu jika Hye Jung juga menyukainya. Soo Hye masuk ke kelas dengan hati yang gembira.


Beralih ke rumah sakit, Nenek Hye Jung sedang memeriksakan penyakit apa yang ada di tubuhnya.
“Sudah sejak kapan anda merasa diri anda sakit?” tanya Dokter Jin.
“Mungkin selama hidupku.” Jawab Nenek Hye Jung.
“Lalu, kenapa anda terlambat check up? Anda sakit dibagian mana?” tanya Dokter Jin.
“Pencernaanku tak lancar dan aku sering merasa nyeri dan tak napsu makan.” Jawab Nenek Hye Jung.
“Baiklah, kita akan melakukan pemeriksaan.” Ucap Dokter Jin.
“Apa anda bisa memberiku obat pereda rasa sakit saja?” tanya Nenek Hye Jung
“Jika hanya obat yang and mau, kenapa repot-repot check up?” tanya Dokter Jin balik.
“Obat di apotek sudah tak mempa jadi aku membutuhkan resep dokter.” Jawab Nenek Hye Jung.
“Nenek, ada beberapa faktor yang menyebabkan rasa sakit. Mungkin karena terjadinya infeksi di perut.” Ucap Dokter Jin
“Total harga pemeriksaannya berapa, dok?” tanya Nenek Hye Jung.
Namun belum di jawab Dokter Jin mendapat telepon dari ayahnya, yang memberitahu tentang kesehatan ketua Hong. Nenek Hye Jung pun memasang jaketnya dengan wajah yang tidak enak.


Kembali ke sekolah, saat itu sudah jam pulang sekolah, Kim Soo Chul pria yang menyelamatkan Hye Jung saat di Clubbing. Melihat Soo Chul membuat Hye Jung kesal. Di belakan mereka terlihat Seo Woo dan Soo Hee, Soo Hee mengatakan kalau motornya sangat keren. Soo Chul menyuruh Hye Jung untuk naik, namun Hye Jung mengatakan kalau Soo Chul jangan mendekatinya, dan pergi meninggalkan Soo Chul.



Soo Hee bertanya pada Seo Woo apa Hye Jung dan Soo Chul pacaran, Yoo Byeol yang berada di belakang mereka pun mengtakan kalau Soo Chul itu adalah pacarnya. Yoo Byeol berlari mendekati Soo Chul, ia memegang tangan Soo Chul dan mminta Soo Chul untuk mengantarnya, namun Soo Chul menepis tangan Yoo Byeol dan membentak Yoo Byeol untuk jangan mendekati dirinya.
Soo Hee mendadak berpamitan dengan Seo Woo kalau ia akan pulang duluan, Seo Woo sebenarnya sedang memiliki waktu luang, namun Soo Hee mengatakan kalau ia akan menelepon Seo Woo nanti. Ternyata Soo Hee pergi menemui Hye Jung yang sedang berjalan sendirian.


Soo Hee membuat Hye Jung terkejut karena Soo Hee tiba-tiba datang. Hye Jung bingung apa Soo Hee tidak memiliki teman karena Soo Hee selalu mengikuti Hye Jung. Soo Hee berkata kalau mereka sekarang berteman, Soo Hee bertanya apa Hye Jung sudah membeli seraga. Hye Jung terdiam sebentar dan kemudian ia bertanya pada Soo Hee, apa Soo Hee tahu tempat menjual seragam sekolah.
Soo Hee tidak mengetahui tempatnya namun ia tahu di mana mereka akan mendapat seragam gratis. Soo Hee pun memegang tangan Hye Jung dan mengajak Hye Jung pergi.


Beralih ke rumah Ji Hong atau Guru Hong, Ji Hong sedang memutar music sambil memegang patung Astroboy miliknya, dan tak lama dari itu Nenek Hye Jung datang menemui Ji Hong, Nenek Hye Jung bertanya kenapa Ji Hong tidak mengambil makan malam, Ji Hong menjawab kalau ia akan ke Seoul untuk bertemu dengan sang ayah. Nenek Hye Jung menyuruh Ji Hong untuk mematikan musicnya karena itu berisik. Dan Ji Hong pun mnuruti apa yang Nenek Hye Jung minta.
Nenek Hye Jung menanyakan siapa wali kelas Hye Jung, Ji Hong menjawab kalau itu adalah dirinya. Dan setelah dari Ji Hong berkata tiba-tiba saja Nenek Hye Jung berlutut di depan Ji Hong. Meihat itu membuat Ji Hong sepontan ikut duduk.
“Apa yang nenek lakukan?” tanya Ji Hong.
“Aku tak pernah berlutut seumur hidupku. Harga diriku sangat tinggi.” Ucap Nenek Hye Jung.
“Berdiri, kumohon.” Minta Ji Hong.


“Dua orang yang paling kuhormati adalah seorang guru dan dokter. Orang biasanya ingin tahu masa lalu orang lain. Dan mereka akan langsung menudingnya. Tapi, guru tak bisa seperti itu. Dia masih memiliki hari yang sangat panjang. Entah apa saja yang kau tahu tentangnya, tapi, tolong lupakanlah. Tolong jaga cucuku.” Ucap Nenek Hye Jung.
“Hye Jeong itu cerdas. Dia hanya perlu motivasi dan pujian. Jangan khawatir.” Ucap Ji Hong.
“Saatnya ibunya masih hidup, semua orang tahu kepintarannya. Bahkan tanpa diajar, dia sudah bisa membaca semua tanda jalan.” Ucap Nenek Hye Jung.
“Nenek ini. Kasing sayangmu begitu sederhana. Jangan mengatakan hal itu langsung kepadanya!” ucap Ji Hong.
“Aduh, kakiku keram. Dia harusnya sudah pulang sekarang.” Ucap Nenek Hye Jung.


Kembali ke Hye Jung yang kini sudah berada di kamar Soo Hee. Soo Hee membelikan Hye Jung seragam baru, Hye Jung sebenarnya melarangnya karena seragam sekolah Soo Hye yang lama masih bagus. Soo Hee terus memuji Hye Jung yang terlihat sangat cantik.
Soo Hee merasa iri kepada Hye Jung karena Hye Jung memiliki dada yang besar. Hye Jung tertawa dan berkata kalau Soo Hee harus mengetahui sebuah rahasia. Hye Jung pun membisikan pada Soo Hee kalau ukuran dada Hye Jung tidak sama. Soo Hee tertawa mendengar itu, ia mengatakan kalau ia harus memeriksanya sendiri. Namun Hye Jung langsung memegag tangan Soo Hee agar ia tidak melakukan hal itu, dan mereka pun tertawa bersama.


Saat Hye Jung sedang berada di dalam  bis ia tersenyum mengingat saat ia bersama Soon Hee tadi. Saat bis berhenti terlihat seorang ibu hamil keluar bersama anaknya, anaknya berlari-lari di luar. Dan pada saat itu juga Ji Hong sedang berjalan sendirian, ia menyuruh anak itu untuk berhati-hati.


Saat Hye Jung keluar dari bis, ia berpapasan dengan Ji Hong, Ji Hong bertanya kalau Hye Jung sudah membeli sebuah seragam. Namun Hye Jung sendiri tidak menghiraukan Ji Hong yang bicara padanya, ia hanya memberi salam dan melewati Ji Hong begitu saja.

Hye Jung melihat anak itu berlari ke arah ibunya, dan saat anak itu tidak sengajak menabrak ibunya. Ibu tersebut langsung terduduk dan pingsan. Hye Jung yang melihat itu langsung mendekati sang ibu. Dan Ji Hong langsung berlari untuk memeriksa sang ibu. Setelah di priksa, Ji Hong menyuruh Hye Jung untuk menghubungi 119. Saat Hye Jung melihat ke arah kaki sang ibu, ia terkejut karena air ketubannya sudah pecak.

Beralih ke rumah sakit di Seoul, ayah Ji Hong, ketua Hong sedang terbari di atas tempat tifur. Dan tak lama datang seorang dokter, dokter itu bertanya kenapa Ketua Hong masih bersantai, ia masih ada operasi yang harus dilakukan. Ketua Hong mengatakan kalau ia ingin mundur dari posisinya, dan pergi ke Amerika. Dokter itu bertanya untuk apa, Ketua Hong berkata kalau dia ingin belajar bisnis dan kesejahteraan. Dokter itu pun berkata kalau Ketua Hong adalah seorang ahli bedah, kenapa Ketua Hong ingin melakukan itu. Ketua Hong berkata kalau mereka harus berubah sekarang.

Dan pada saat itu Ketua Hong mendapat telepn dari Ji Hong, anaknya. Ji Hong mengatakan kalau ia mendapat pasien darurat. Mendengar itu Ketua Hong langsung menyuruh sang Dokter untuk memanggil Dokter Kim Tae Ho.
Sedangkan Hye Jung terus menenangkan sang anak agar tidak menangis, dengan mengatakan kalau ibunya akan baik-baik saja. Ji Hong menyuruh Hye Jung untuk diam karena ia harus berbicara dengan ayahnya mengenai pasiennya tersebut.
“Dia adalah wanita hamil berusia 30 tahun-an. Pupilnya tak beraksi, pupil kanannya membesar 5mm. Dia mengalami lumpuh pada bagian kirinya. Kemungkinan terjadi pendarahan otak kanan atau infark.” Ucap Ji Hong.
“Kemungkinan aneurisma otaknya pecah.” Ucap Ketua Hong.
“Bagaimana aku bisa memeriksanya?” tanya Ji Hong.
“Kau tak bisa langsung memeriksanya. Kau sudah menelepon 911?” ucap Ketua Hong.
“Ya, sudah. Tapi, air ketubannya sudah pecah 3 menit yang lalu. Tak ada rumah sakit di sini yang memiliki ginekologi dan bedah saraf. Ayah bisa menyediakan ruangan?” tanya Ji Hong, dan sang ayah pun mengiyakan nya.
Tiba-tiba saja sang ibu muntah. Melihat itu Ji Hong langsung membuka mulut sang ibu dan memberikan nafas buatan pada sang ibu. Hye Jung terkejut melihat tindakan Ji Hong. Ayah Ji Hong memanggil Ji Hong dari ponselnya, dan menanyakan apa terjadi sesuatu. Ji Hong pun memberitahu kalau ibu hambil itu baru saja muntah, pernafasannya sangat rendah, dan dia hanya diintubasi. Jika ambulannya terlambat, ia akan membedah tenggorokannya. Ketua Hong melarangnya kerna Ji Hong tidak bisa melakukannya tanpa alat operasi, dan jika terjadi sesuatu, Ji Hong tidak akan bisa menjadi dokter lagi. Karena hanya dengan kesalahan kecil saja, dia akan mengalami pendarahan jika mengenai arterinya atau Ji Hong mungkin akan membahayakan tiroidnya.

Ji Hong menghela nafas berat, ia menyuruh sang anak untuk memegang tangan ibunya, dan memberikan sang ibu kekuatan. Hye Jung bertanya untuk apa itu sekarang, Ji Hong menjelaskan kalau Cinta tidak di rasakan dengan hati, tapi cinta di rasaka dengan otak, kasih sayang dan kebencian berasal dari inti amygdaloid dalam sistem limbik otak, otak memiliki emosi. Mendengar itu Hye Jung langsung memegangkan tangan sang anak pada tangan ibunya.
Hye Jung bertanya apa Ji Hong benar-benar dokter sungguhan, Ji Hong tidak menjawab dan langsung menanyakan apa Hye Jung memiliki pisau. Hye Jung bertanya apa itu untuk membenah tenggorokan. Ji Hong menyukai kepekaan Hye Jung, Hye Jung ingin berdiri untuk mengambil pisaunya, namun Ji Hong langsung menahannya.

“Bagaimana jika aku melakukan kesalahan?” tanya Ji Hong.
“ Apa kondisinya akan berbahaya?” tanya Hye Jung.
“Ya.” Jawab Ji Hong.
“Kita harus tetap melakukannya.” Ucap Hye Jung dan pergi untuk mengambil pisau. Namun ia terhenti saat melihat ambulan datang.

Ji Hong langsung menyuruh petugas untuk menyiapkan tabung, petugas itu bertanya apa Ji Hong seorang dokter, Ji Hong pun mengiyakan itu. Ji Hong memasangkan alat untuk bernafas pada sang ibu. Sedang kan Hye jung berdiri di luar ambil sambil menggendong sang anak. Ji Hong menyuruh pengenudi untuk pergi ke RS. Kookil. Hye Jung dan sang anak pun ikut naik ke dalam ambilan. Ji Hoon menyuruh Hye Jung untuk turun, namun Hye Jung tidak mau, ia menyuruh anak itu untuk memegang tangan ibunya, dan Ji Hong hanya memandang ke arah Hye Jung.

Setibanya di rumah sakit, sang ibu langsung di bawa ke ruang operasi. Ji Hong hanya melihat berjalannya operasi. Saat operasi pengangkatan bayi selesai, Ji Hong bertemu dengan Dokter Kim, Dokter Kim mengatakan kalau Ji Hong pasti sangat khawatir hingga datang ke sini seperti itu. Dokter Kim bertanya kenapa Ji Hong bisa datang ke sana, Ji Hong menjawab dengan koneksinya.
“Bagaimana rasanya… melihat pasien yang sekarat dan tak bisa melakukan apa-apa?” tanya Dokter Kim sambil mencuci tangannya.
“Tapi, syukurlah dia hanya mengalami hipertensi perdarahan intraserebral.” Ucap Ji Hong.
“Sesuatu yang harus kau syukuri adalah kenyataan pasien itu bertemu dengan dokter sepertimu. Dan juga, syukurlah dia tak mengalami aneurisma otak. Jika itu terjadi, dia pasti sudah meninggal saat intubasi. Dan jika itu terjadi, kau akan menyalahkan dirimu seumur hidupmu. Aku mengatakan ini, karena kau adalah tipe orang yang merasa bertanggung jawab penuh pada semua pasienmu.” Ucap Dokter Kim.
“Kau jahat sekali.” Ucap Ji Hong.
“Apa kau sakit hati? Akan kuperlihatkan apa yang bisa dilakukan oleh ahli bedah saraf. Aku akan menyelamatkan hidup pasien itu. Kenapa? Itu karena aku, aku, Kim Tae Ho.” Ucap Dokter Kim dan pergi masuk ke ruang oprasi meninggalkan Ji Hong.

Saat operasi di lanjutkan kembali, Ji Hong teringat saat ia melakukan sebuah operasi, saat itu operasi yang mereka lakukan tidak berjalan lancar. Oleh karena itu Ji Hong dan temannya di marahi oleh atasan dokter mereka. teman Ji Hong memarahi Ji Hong karena ia merasa kalau semua itu karena Ji Hong.

Di luar ruang operasi Hye Jung tersenyum saat melihat suami dari ibu tadi, berterima kasih pada Dokter Kim karena sudah menyelamatkan istrinya. Tak lama Ji Hong datang, ia mengajak Hye Jung untuk pulang.

Mereka pulang ke Namyangju menggunakan sebuah bis. Di dalam bis mereka duduk secara terpisah. Hye Jung terus tersenyum, sedang kan Ji Hong terus memandangi tangannya. Setelah mereka sampai di rumah Ji Hong menyuruh Hye Jung masuk, dan mereka pun masuk ke rumah masih-masih.

Hye Jung masuk ke dalam, ia tidur sambil memeluk neneknya tanpa mengganti bajunya terlebih dahulu. Ia terus tersenyum memikirkan kata-kata Ji Hong “Cinta tidak kau rasakan dengan hati, tapi kau rasakan dengan otakmu.” Dan saat suami dari ibu tadi berterima kasih padanya, dan suami ibu tersebut menginginkan anaknya memiliki nama yang sama dengan Hye Jung, karena ia ingin anaknya menjadi seperti Hye Jung dan membantu orang lain.

Sedangan Ji Hong, ia belum tidur ia terus belajar mengenai cara pembedahan. Ia membaca buku dan menonton video tentang operasi pembedahan. Terlihat di kamarnya sangat berantakan di penuhi oleh buku-buku.

Keesokannya Hye Jung pergi menuju Toko Musik Namyang, saat penjaga itu ingin membalas salam yang Hye Jung berikan. Tiba-tiba saja ia berhenti saat mengetahui kalau orang itu adalah Hye Jung. Ternyata Hye Jung datang ke toko itu untuk meminta maaf dan mengganti Cdnya dengan uang 10$. Hye Jung mengatakan kalau ia akan memulai hidup dari awal dan ia tak akan tenang jika belum mengganti CDnya.
Penjaga itu mengatakan kalau ia tidak bisa menerimanya, penjaga itu meminta Hye Jung untuk memberikan uang itu pada Guru Hong dari SMA Wanita Namyang. Karena ia pernah ke sini untuk beli CD dan juga membayar CD itu juga. Guru Hong mengatakan kalau ia menemukan CD itu di jalan.
Hye Jung pun berlari dengan senyuman yang terus menghiasi wajahnya, ia pergi menuju rumah Guru Hong. Ia mengetuk rumah Guru Hong namun tidak akan jawaban. Namun saat Hye Jung ingin mengetuk pintunya lagi, Guru Hong membuka pintunya dan membuat Hye Jung ingin terjatuh. Hye Jung mengatakan kalau ada yang ingin dia katakan, Guru Hong menyuruh Hye Jung untuk mengatakannya saja.

Hye Jung bertanya apa ia tidak boleh masuk, Guru Hong mengatakan kalau kamarnya sedang berantakan sambil menunjukan kamarnya yang dipenuhi oleh buku. Hye Jung terkejut, ia masuk dan ingin membereskan kamar Guru Hong, namun Guru Hong mengatakan kalau ia tidak suka ada orang lain yang menyentuh barangnya. Mendegar itu Hye Jung langsung meletakkan buku yang ia ambil tadi ke tempatnya tadi.
“Ada apa? Kenapa kau datang ke sini? Apa kau mau mendekatiku?” tanya Guru Hong.
“Ya. Menurutku, kau ini keren.” Jawab Hye Jung.

“Dasar, kau memang selalu blak-blakan.” Ucap Guru Hong.
“Dokter punya gaji yang tinggi dari pada guru dan juga lebih dihormati. Tapi, kau berhenti dan menjadi seorang guru. Kenapa kau berhenti?” tanya Hye Jung.
“”Kenapa kau berhenti?” Menurutmu kenapa?” tanya Guru Hong balik.
“Aku sungguh tak mengerti. Yang kulihat, semua ini adalah buku kedokteran. Sepertinya, kau masih punya keinginan untuk menjadi dokter. Oh, atau kau dipecat?” tanya Hye Jung.
“Aku berhenti karena kemauanku sendiri.” Jawab Guru Hong.
“Kenapa?” tanya Hye Jung.
“Aku tak berhenti menjadi dokter. Aku hanya menganggap mengaja sebagai bagian dari dokter.” Jawab Guru Hong.
“Baiklah. Aku tak mengerti, sih. Tapi, kita lanjut saja. Kau bilang, otaklah yang memiliki emosi. Siapa yang memberitahumu?” tanya Hye Jung.
“Itu adalah anggapanku sendiri.” Jawab Guru Hong.
“Begitu, ya? Kau keren sekali. Kau juga bilang sesuatu tentang sistem limbik otak. Kau terdengar begitu pintar.” Puji Hye Jung pada Guru Hong.
“Sepertinya, kau sudah terpesona denganku. Kau terlihat seperti akan menulis biografiku saja.” Ucap Guru Hong sambil tertawa.
“Aku masih 18 tahun. Dan aku tak bisa hidup seperti ini selamanya. Membosankan. Dulu, aku tak bisa menemukan alasanku untuk hidup, meskipun aku ingin tetap hidup. Tapi, sekarang aku sudah punya alasannya.” Ucap Hye Jung.
“Apa alasannya?” tanya Guru Hong penasarah.
“Aku ingin membuat hidup nenekku nyaman.” Jawab Hye Jung.
“Begitu, ya? Hidup dalam kenyamanan. Tapi, menurutku, pilihan katamu itu sangat katro untuk seusiamu.” Ucap Guru Hong.
“Aku sedang serius. Keputusan ini akan mengubah hidupku.” Ucap Hye Jung.
“Tapi, kenapa kau memberitahuku hal ini?” tanya Guru Hong.
“Aku ingin merubah hidupku, tapi, aku tak tahu apa yang harus kulakukan.” Jawab Hye Jung.
“Maaf mengecawakanmu, tapi kau tak bisa mengubah hidupmu. Pepatah mengatakan… Kegagalan awal dari kesuksesan. Itu adalah kebohongan besar. Orang yang terus menerus gagal tak akan pernah berhasil. Hanya mereka yang telah mengalami kesuksesan yang bisa berhasil. Satu-satunya yang tersisa dari kegagalan rasa malu.” Ucap Guru Hong.
“Aku bisa berhasil jika aku mulai serius melakukannya.” Ucap Hye Jung.
“Cobalah. Datanglah padaku jika kau sudah mencobanya.” Ucap Guru Hong.
“Tapi, apa yang bisa kulakukan sekarang?” tanya Hye Jung.
“Kau tak tahu cara agar anak sekolah bisa sukses?” tanya Guru Hong.
“Jadi, bagaimana dengan belajar” ucap Hye Jung.
“Aku adalah seorang guru dan juga wali kelasmu. Tapi, aku tak bisa memberitahu bagaimana caranya belajar. Pergila.” Ucap Guru Hong.

“Terima kasih. Aku pergi ke Toko Musik tadi.” Ucap Hye Jung pergi, tepat saat itu In Joo datang, In Joo bertanya pada Ji Hong siapa wanita tadi, Ji Hong menjawab kalau dia adalah cucu dari ibu kost.

Saat Hye Jung pulang, ia mendapat telepon dari Soo Hee, ia sangat senang karena ia sedang membutuhkan bantuan Soo Hee. Soo Hee bertanya apa ada masalah, Hye Jung tidak menjawab pertanyaan Soo Hee ia bertanya siapa orang yang paling pintar di kelas.
Terlihat Seo Woo sedang berjalan sendirian, dan ia langsung pergi menuju ke arah Soo Hee saat melihat Soo Hee mmanggilnya. Ternyata orang yang paling pinter di kelas Hye Jung adalah Jin Seo Woo. Soo Hee memperkenalkan Seo Woo pada Hye Jung, dan juga memperkenalkan Hye Jung pada Seo Woo.
Seo Woo bertanya kenapa Soo Hee meneleponnya, Soo Hee tidak menjawabnya, ia memberikan makanan sesukaan Seo Woo yaitu burger ikan. Seo Woo menyuruh Soo Hee untuk tidak berbelit-belit, dan langsung saja.
“Hye Jung ingin belajar. Tapi, dia tak tahu dasar-dasarnya dan tak memiliki tutor.” Ucap Soo Hee.
“Apa kau tak punya mulut? Kenapa kau menyuruh dia untuk meminta padaku?” tanya Seo Woo pada Hye Jung dan sedang membuka bungkus roti.
“Apa kau bisa mengajariku bagaimana caranya belajar?” tanya Hye Jung.
“Aku terlalu sibuk dengan pelajaranku sendiri. Kau bisa masuk di les privat.” Jawab Seo Woo.
“Minggu depan sudah ujian mid semester. Aku harus mendapat nilai yang bagus dan membuktikannya pada Guru Hong.” Ucap Hye Jung.
“Kenapa kau harus membuktikannya?” tanya Seo Woo.
“Kau mau mengajariku? Aku tak ingin memberitahu alasanku kepada orang yang tak mau mengajariku.” Ucap Hye Jung.
“Kau meminta bantuanku, tapi sikapmu sendiri kaku sekali.” Ucap Seo Woo.

Saat mereka sedang berbincang, terlihat Kim Soo Chul dan teman-temannya, Soo Chul datang mendekati Hye Jung saat melihat Hye Jung dan duduk bersama dengan Hye Jung, di ikuti teman-temannya. Saat Soo Chul menoleh ke arah Seo Woo ia mengataka ternyata ada wajah baru. Salah satu teman Soo Chul yang menggunakan jaket putih mengetahui kalau Seo Woo adalah ratu di SMA Wanita Namyang, dia pintar dan ayahnya juga seorang dokter dan mereka memiliki level yang berbeda dengan Seo Woo.

Salah satu teman Soo Chul yang menggunakan jaket pink meletakkan tangannya di bahu Seo Woo, dan Seo Woo menyingkirkan tangan pria itu lembut. Namun pria itu terus menaruh tangannya di bagu Seo Woo, Hye Jung yang sudah mulai tidak tahan pun menarik tangan pria itu dan mendorongnya membuat pria itu terjatuh.
“Dia sudah bilang, hentikan. Kau tak tahu bahasa Korea?” tanya Hye Jung.
“Beraninya kau!” ucap pria yang menggunakan jaket putih sambil membuang semua makanan yang ada di mej.
“Maju kau.” Ucap Pria itu dan ingin menghajar Hye Jung namun Soo Chul menahannya.
“Sudahlah. Dia adalah milikku. Jangan menyentuhnya.” Ucap Soo Chul.
“Memalukan sekali. Milikmu apanya? Akulah pemilik diriku Tak ada orang lain. Dan mereka adalah anggotaku, jangan menyentuh mereka.” ucap Hye Jung da pergi sambil menarik tangan Seo Woo untuk pergi diikuti Soo Hee.
“Dasar wanita kasas, Apa kau berhutang sesuatu padanya? Kenapa kau diam saja?” Ucap Pria berjaket putih.

Di luar Hye Jung bertanya apa pria itu mengikuti mereka, Seo Woo menjawab kalau mereka mengikuti, mendengar itu Hye Jung langsung mengajak mereka untuk lari. Dan mereka pun lari di tengah-tengah kerumunan.

Saat mereka sampai di sebuah gang, mereka masuk ke dalam gang trsebut. Teman-teman Soo Chul berpapasan dengan Soo Chul, Soo Chul menunjuk ke arah yang salah pada teman-temannya. Setelah teman-temannya pergi Sop Chul tersenyum saat melihat ke arah gang yang du masuki oleh Hye Jung da teman-temannya. Ternyata Soo Chul ingin melindungi Hye Jung.
Setelah Hye Jung merasa aman, mereka un berhenti dan bersandar pada sebuah tembol.
“Astaga… Kenapa kau lari cepat sekali?” tanya Soo Hee pada Hye Jung dan mendengar itu membuat Hye Jung tertawa “Kalian ini… Kau berlari sangat cepat, untuk ukuran kutu buku.” Ucap Hye Jung pada Seo Woo. Dan membuat Seo Woo tertawa.


“Aku akan mengajarkanmu bagaimana caranya belajar.” Ucap Seo Woo pada Hye Jung.
“Benarkah?” tanya Hye Jung senang.

“Setelah aku memastikan sesuatu pada Guru Hong.” Ucap Seo Woon, dan Hye Jung pun memeluk Soo Hee karena senang, dan mereka pun tertawa bersama
0 Komentar untuk "Sinopsis Doctor Episode 2–1"

Back To Top